Konsep Belajar, Bermain dan Berkarya

GOCHIET.COM | OPINI – Konsep Belajar, konsep bermain dan konsep berkarya sepertinya itu dapat menjadi motivasi bagi kita untuk selalu terus bersemangat dalam melakukan segala aktifitas. Dengan konsep belajar, semua pekerjaan yang di amanahkan kepada kita bisa terus menjadi media pembelajaran dan membentuk pribadi yang paham akan akan proses dari pekerjaan tersebut. Kemudian konsep bermain, maka segala pekerjaan akan dilakukan dengan senang. K Dan terakhir konsep berkarya, jadikan semua pekerjaan yang kita lakukan adalah sebuah hasil karya yang kita sajikan sehingga proses dan hasil yang kita sajikan layaknya akan mendapatkan apresiasi atau kepuasan bathin ketika kita mamp menyelesaikannya.

Sepenggal cerita:

A : Asyik ayo main..!
B : Main apa yach??
A : Hhmm..Gimana klo maen Playstation??
B : Ahh..Maen gamenya itu-itu doank!! Ga seru !! Gimana klo kita maen Galaxin aja??hehehehe..
A : Jiahh..Itukan maenan kuno!! Ga seru!!Lagian kita uma berdua TAU!!
B : Yah, kita ajak aja temen-temen sebelah (tetangga)?? Lagian lebih seru!! Loe blm nyoba ajaa..!! 😀
A : Githu yach..Yauwda dech, tapi loe yang ajak dan panggil temen-temen ya?!!
B : Okeyh klo begithu…

Sepenggal cerita di atas sebenernya merupakan sebuah gambaran realita pola perkembangan dan pemikiran dari anak-anak Indonesia saat ini. Perkembangan dan pemikiran mereka saat ini lebih tertarik kepada hal-hal yang berbau teknologi. Mulai dari TK – SMP mereka dimanjakan dengan berbagai macam teknologi mulai dari game (Playstasion, PC Game, GameBoy, dll) sampai dengan alat komunikasi (Handphone).

Kesadaran para orang tua juga berperan penting dalam perkembangan dan pemikiran dari anak-anak mereka. Peran pentingnya adalah dengan memanjakan anak-anak dari usia dini dengan mengenalkan teknologi dan komputerisasi (yang seharusnya mereka belum perlu menggunakannya) akan menyebabkan pandangan mereka terhadap dunia (realita) menjadi sangat sempit.

Memang dampaknya dapat berupa sisi positif dan sisi negatif. Sisi positifnya salah satunya adalah pola pemikiran dari anak-anak tersebut lebih cepat berkembang kepada tahap lebih dewasa (klo menurut saya “dewasa sebelum pada waktunya”). Kemudian sisi negatifnya adalah pemikiran (khayalan, imajinatif, kreative, kerjasama, dll) mereka terhadap pembelajaran diri sebagai bekal terhadap dunia nyata menjadi sangat kurang.

Terus apa hubungannya dengan Judul “Bermain, Belajar dan Berkarya”??

Heee..Sebenarnya judul tersebut lebih dimaksudkan kepada setiap individu yang merasakan berbagai macam beban pikiran terhadap dunia kerjanya. Dimana aktivitas, tekanan kerjaan dan tanggung jawab menumpuk menjadi satu yang menyebabkan individu tersebut kehilangan rasa bermain, belajar dan berkaryanya.

Padahal setiap kita beraktivitas, tentunya mempunyai pengalaman-pengalaman dan berbagai macam rasa yang saling terkait satu dan yang lainnya (senang, sedih, gelisah, dll). Jika dilihat dari sisi positifnya, sebuah pekerjaan yang kita kerjakan dengan rasa senang maka kita sebenarnya sudah dapat meraih apa yang namanya kepuasan hati (klo saya pribadi itu bagian dari permainan). Kemudian dengan tantangan, tanggung jawab ataupun kesulita-kesulitan didalam bekerja hal tersebut sangatlah wajar, karena itu merupakan bagian “pembelajaran” kita terhadap hal-hal yang baru. Klo kita sudah mencapai sesuatu yang dari pekerjaan tersebut “menghasilkan” (konsep, ide, bentuk ataupun produksi) hal itu merupakan hasil “karya” yang kita kerjakan.

Jadi bagi semua individu yang merasakan kegalauan, sebenarnya hal tersebut wajar. Akan tetapi batas kegalauan tersebut jangan membuat diri menjadi semakin tertekan. Berpikirlah positive!! Bahwa sebenarnya kita mempunyai cukup waktu untuk “Bermain, Belajar dan Berkarya” di semua aktivitas kehidupan kita, khususnya dalam bekerja.

CAYOOO…